Terjemahkan dalam bahasa asing

Rabu, 06 Februari 2013

Aku Belajar Tumbuh

Pagi itu ku buka mata menatap mentari yang terasa hangat menyinari kulitku yang masih biru karena dinginnya pagi.

Mataku terarah pada lampu terbesar yang menerangi dunia ini. Ingin ku menggapainya, walau mataku terasa sayub tuk menatapnya. Juga, kaki ini tak kuasa beranjak dari pangkuannya.

Perlahan namun pasti, aku belajar berjalan dan turun dari pangkuannya, seperti apa yang tlah beliau ajarkan.

Aku belajar tumbuh.

Ku mulai berjalan dengan kedua kaki ku. Meski tertatih, dengan senang hati mereka memapah ku.

Raut wajah mereka yang tampak bahagia melihatku mampu berjalan, dapat ku rasakan.

Pukul 7 pagi, sarapan telah tersedia di meja makan, sepiring bubur dengan telur rebus diatasnya. Sarapan pagi itu membuatku bertenaga untuk menjalani aktivitas sekolah pertamaku, taman kanak-kanak.

Di tempat itu aku belajar dunia baru, bermain dan belajar.

Aku belajar tumbuh.

Dari seragam kotak-kotak dengan dasi kupu-kupu, kemudian berseragam putih merah, lalu aku mengenakan seragam putih biru.

Hari beranjak siang. Panasnya terik matahari membuatku silau melihat semakin terang sinarnya.

Aku tak henti belajar, semakin hari semakin tebal buku yang harus ku pelajari di sekolah, dengan ukuran tulisan yang semakin kecil, semakin membuatku berat untuk membuka dan mempelajari isi halamannya.

Teringat masa kecilku aku belajar dengan buku bergambar yang tak banyak hurufnya, dan berwarna-warni.

Sesaat ku tutup buku itu, dan kulihat dunia di sekelilingku, aku tahu gambar-gambar yang ada di buku masa kecilku kini berada di luar buku, berada di dunia nyata.  

Kucoba memahami apa yang ada di dunia ini.

Aku belajar tumbuh.

Tak terasa, telah banyak waktu yang ku habiskan untuk belajar di bangku sekolah. 

Hingga tiba waktunya mereka mendampingiku merayakan kelulusan di perguruan tinggi, wisuda.

Sinar mentari mulai menguning, hari telah senja.

Aku masih belajar tumbuh. 

Kini aku mulai belajar membangun kehidupan yang baru.

Aku masih ingat ketika mereka menyiapkan sarapan pagi untuku, mengajarkan segalanya menghadapi kehidupan. 

Kini giliranku mengajarkan pada generasi selanjutku.
 
Terimakasih ku ucapkan untuk mereka yang telah mengajarkan ku tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar