Terjemahkan dalam bahasa asing

Kamis, 15 Desember 2011

Kisah Antara 2 Uang



Pada suatu masa, dicetaklah 2 lembar mata uang dari Peruri (Perusahaan Uang Republik Indonesia). Uang itu diberi nama Rp100.000,00 berwarna merah, maka ia dipanggil merah. Sedangkan yang satunya lagi diberi nama Rp1.000,00 dan berwarna biru, maka ia dipanggil biru. Mereka berdua dicetak pada waktu yang sama, dengan menggunakan alat yang sama dan juga bahan yang sama. Keluar dari percetakan bentuk mereka hampir sama masih baru, mulus, dan bersih. Kemudian mereka pun berpisah.

Suatu ketika di dalam sebuah dompet mereka bertemu. Sudah lama sekali mereka tak bertemu. Meskipun sudah berubah bentuk, mereka masih tetap saling mengenal. Merekapun bercakap,

“Wahai kawanku merah, kenapa dirimu begitu bersih, bahkan masih tampak seperti dulu ketika baru dicetak?”, kata biru.
“Iya biru, aku jarang sekali dikeluarkan dalam dompet atau sekalipun dikeluarkan, tempat yang aku kunjungi adalah tempat yang mewah, restoran mewah, tempat rekreasi keluarga, bank dan juga ATM. Bahkan orang yang memegangku pun orang kaya ganteng dan cantik-cantik”, jawab merah dengan nada agak sombong menceritakan kehidupannya yang serba mewah, ia pun bertanya balik kepada biru, “Lalu kenapa dirimu menjadi lusuh dan usang seperti itu?”
Biru menjawab, “Wah, nyaman sekali hidupmu merah, selalu berada di dalam dompet atau disimpan rapi di bank. Aku tak semujur dirimu, aku hampir tak pernah masuk ke dalam dompet. Bahkan sering hanya dilipat-lipat dan ditaruh di saku. Aku tak pernah mengunjungi tempat-tempat yang sering kau kunjungi. Aku sering berkeliaran di pasar, toilet umum, perempatan jalan, dan juga sangat sering berpindah tangan dari tukang sayur hingga pengemis.”

“Sungguh menyedihkan sekali hidupmu biru, tak seperti kehidupanku.” kata merah.
“Hidupku memang susah, tapi aku menikmati dan mensyukurinya. Masih ada satu lagi tempat yang sering aku kunjungi yaitu kotak Infaq (sedekah), apakah kau sering mengunjunginya?” tanya biru.
“Tempat apa itu? Aku belum pernah mendengarnya apalagi mengunjunginya.” merah balik bertanya.
“Kotak sedekah, kotak itu berada di tempat ibadah.” jawab biru,” Aku merasa tenang dan nyaman jika mengunjungi tempat itu, karena aku merasa sangat dihargai jika aku masuk kesana.”
Merahpun hanya terdiam dan malu terhadap biru karena dirinya tak pernah mengunjungi kotak sedekah.

Demikianlah percakapan yang terjadi di dalam sebuah dompet antara merah dan biru ketika mereka bertemu. Lalu hikmah apa yang dapat kita ambil dari cerita itu?
“Hargailah uang yang kita miliki, jangan boros dan senang menghambur-hamburkan uang, kita memang harus gemar menabung, tapi jangan lupa untuk bersedekah karena sedekah itu merupakan tabungan untuk kehidupan kita setelah kehidupan di dunia. Selain itu kita juga jangan merasa tinggi hati memiliki uang yang banyak apalagi terhadap orang-orang yang tidak mampu, kita harus hidup rukun sesama manusia tanpa membeda-bedakan yang kaya maupun yang miskin, yang rupawan maupun yang jelek. Layaknya kedua uang tersebut, meskipun bentuknya bagus dan lusuh mereka tetap berteman.”