Terjemahkan dalam bahasa asing

Minggu, 01 Desember 2013

Kompensasi Keterlambatan Pesawat



Akhirnya setelah lama nggak nulis, baru kesampaian sekarang keinginan nulis.
Berdasarkan pengalaman pribadi beberapa waktu belakangan ini, penulis mau curhat tentang kejadian yang penulis alami tentang adanya beberapa kasus keterlambatan penerbangan pesawat… Maklum lah, tinggal di negara kepulauan seperti negara kita tercinta ini, penulis akhir-akhir ini jadi sering menggunakan jasa layanan penerbangan untuk menuju ibu kota atau pulang ke kampung halaman…

Kenapa penulis menggunakan transportasi udara? Sudah barang tentu lagi pula pasti untuk mengejar efisiensi waktu perjalanan, meski kadang harga nya selangit. Wajar lah, namanya juga angkutan langit… eh,,, udara…

Atas dasar efisiensi waktu itulah kadang banyak orang yang sangat merasa kecewa karena terjadi nya keterlambatan penerbangan. Syukur-syukur kalo yang rumah nya deket dari bandara, kalau delay nggak terlalu lama nunggu nya… (ya tergantung juga sih delay-nya berapa lama… hehehe) Tapi lebih miris lagi kalo yang lokasinya jauh dari bandara. Pihak maskapai mewajibkan dating satu sampai dengan dua jam sebelum jadwal keberangkatna pesawat, pasti yang lokasinya jauh bakal berusaha dating lebih awal supaya tidak ketinggalan pesawat, atau menghindari hal-hal yang tidak dingiinkan selama perjalanan yang dapat membuat hangusnya tiket pesawat yang harganya lumayan… Sudah berusaha jauh-jauh datang lebih awal, sampai di bandara tidak dapat pemberitahuan bahwa pesawat yang dijadwalkan ternyata mengalami penundaan atau delay… Pasti rasanya pengen ngamuk-ngamuk sama petugas maskapai di bandara nya… Soalnya penulis sering liat ada yang ngomel-ngomel sama petugas chek in…

Penulis juga pernah ngrasa dongkol banget ketika sedang ngejar waktu, yang konon 
ada pepatah yang mengatakan “time is money”, ternyata pesawat yang dipesan mengalami gangguan, sehingga penerbangan terpaksa ditunda selama dua jam…  Kejadian itu penulis alami ketika menggunakan maskapai berlogo singa merah untuk penerbangan JT-641 UPG-JOG  07112013… Sembari menunggu panggilan yang tak kunjung tiba penulis ingat pernah ada tulisan mengenai  kompensasi penerbangan yang mengalami keterlambatan maskapai berlogo singa tersebut yang sempat heboh beberapa bulan yang lalu, penulis pun nanya ke mbah gugel perihal delay pesawat tersebut…
 
Setelah satu setengah jam menanti, tiba-tiba ada panggilan dari pengelola maskapai, dengan nomor penerbangan JT-641 tersebut diharapkan untuk datang ke meja petugas. Ternyata telah disediakan makanan berat sebagai kompensasi keterlambatan penerbangan. Memang pada saat itu alasan yang dinyatakan pihak maskapai adalah masalah operasional. Sebuah alasan tidak jelas yang sangat mudah dibuat, menimbulkan penafsiran yang beragam, dan agak susah dibantah penumpang. Sebel sekali mendengar alas an klise yang tidak jelas tersebut, tetapi penulis mengapresiasi sedikit usahanya yang telah memberikan kompensasi berupa makanan berat, meskipun tidak ada rasanya (hambar).




Kejadian kedua yang penulis alami minggu lalu ketika menjalankan tugas dari kantor, sampai di bandara kurang lebih pukul 12.45, sesuai dengan jadwal chek in. Malam sebelum penulis berangkat, penulis mencoba untuk menggunakan layanan on-line chek in, akan tetapi penulis mencoba berulang-ulang selalu gagal. Ketika penulis sampai di counter chek in Maskapai berlogo singa di bandara, penulis mendapat pemberitahuan bahwa pesawat yang penulis pesan mengalami masalah operasional sehingga penerbangan penulis ditunda ke penerbangan selanjutnya, kurang lebih satu jam. Ketika penulis konfirmasi petugas chek in menyatakan ada kompensasi yang akan diberikan pihak maskapai.

Setelah chek in penulis kemudian masuk ke ruang tunggu. Beberapa saat kemudian, penulis mendengar bahwa penerbangan JT-797 siap diberangkatkan. Disinilah penulis mulai bingung, karena menurut petugas chek in, pesawat tidak diberangkatkan sehingga penulis dipindah ke penerbangan selanjutnya, tetapi kenyataannya penerbagan tersebut tetap ada.
Selanjutnya penulis konfirmasi ke petugas yang ada di pintu masuk, Petugas tersebut menyatakan bahwa penulis terlambat chek in sehingga penerbangan penulis di alihkan.
Penulis kesal sekali dengan penjelasan tersebut, alasannya sugguh tidak masuk akal. Bagaimana bisa penulis terlambat chek in, sementara penulis datang 1,5 jam lebih awal dan chek in ditutup 45 menit sebelum keberangkatan. Kalaupun penulis terlambat chek in atau penerbangan penulis dialihkan seharusnya penulis diberitahu, namun tidak ada penjelasan apapun yang penulis terima. Dan penulis juga tidak menerima kompensasi apapun seperti yang dijanjikan petugas chek in sebelumnya.



Kesimpulan dari tulisan ini adalah penulis mengajak semua untuk mengetahui apa hak kita sebagai penumpang angkutan udara. Meski demikian, ketika kita akan menyampaikan keluhan, jangan sampai meluapkan emosi di tempat umum. Sampaikan keluhan anda dengan baik dan sopan. Pegawai yang berada di lapangan juga manusia yang sedang bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka, belum tentu semua ini adalah kesalahan mereka, mungkin pihak manajemen nya yang kurang bagus.
Sedikit saran, mintalah nomor telepon pengaduan maskapai tersebut atau nomer telepon atasan nya, pasti mereka akab berusaha melayani anda dengan sebaik-baiknya. Dan apabila anda masih belum puas, laporkanlah keluhan anda ke kementerian perhubungan udara melalui pesan singkat ke nomor 08 111 004 222, atau dengan mengirim email ke hubud@dephub.go.id. Semoga maskapai yang bekerja seenaknya mendapat teguran atau sanksi dari yang berwajib, dan kita tak perlu menghabiskan banyak tenaga dengan marah-marah kepada mereka. 

buat yang mau baca aturannya silakan donglot PDF nya dari alamat ini,,, http://kemhubri.dephub.go.id/perundangan/images/stories/doc/permen/2008/km_no_25_tahun_2008.pdf

Minggu, 21 Juli 2013

genteng


senang sekali melihat anak-anak kecil bermain di tempat ini...
dari lantai 3 aku memperhatikan beberapa anak kecil di siang bolong sedang bermain bersama...
waktu yg seharusnya digunakan untuk tidur, tetapi mereka malah asik bermain bersama teman...
rasa senang itu muncul karena melihat mereka bermain diluar rumah...
tidak seperti anak-anak di kota besar yang terikat oleh permainan gadget...
dalam benakku, merka pasti anak yang sehat...
bermain, berlari, berteriak dan tertawa bersama...
dibawah teduhnya pepohonan...
hari menjelang sore, aku yakin ketika ibu-ibu mereka keluar, mereka pasti akan dimarahi karena bermain terowongan di selokan yang kering, dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar mereka, seperti papan triplek dan kayu...
sampai dirumah, dimarahi lalu dimandikan...
namanya juga anak-anak...
di usia seperti mereka bermain lepas bersama teman merupakan hal yang sangat menyenangkan...
seolah mengingatkanku masa kecilku yang suka bermain diluar rumah...
rasanya ingin turun dan ikut bergabung bermain dengan mereka...
ah... suatu hal yang konyol...
pasti mereka akan canggung bermain dengan orang yang tidak mereka kenal seperti aku...
dan lagi,aku terlalu tua untuk bermain seperti itu...

#penggalauan di atas genteng

Minggu, 05 Mei 2013

Weekend Pertama Di Majene Part-III



Jalan-jalan kurang lengkap rasanya kalau tidak dilanjutkan dengan wisata kuliner mencicipi makanan khas suatu daerah. Nah, Weekend Pertama di Majene part III ini penulis sedikit berbagi cerita tentang makanan khas di sini. Walaupun penulis tidak ahli kuliner seperti pak Bondan atau Chef Juna, penulis akan mencoba memberikan pendapat. Hehehe…




Roti Pawa
Mulai dari makanan kecil atau jajanan pasar. Makanan yang pertama kali penulis icipi adalah roti pawa. Bentuk nya sih mirip burger, tapi isinya bukan daging tetapi adonan gula merah ( Gula Jawa ). Untuk bahan roti nya mirip dengan bakpao atau donat, karena rasa dan tekstur rotinya memang sepintas mirip dengan bakpao. Untuk isianya adalah adonan gula merah yang dicampur dengan tepung, kalau tidak salah tepung honkue, sehingga tekstur nya seperti fla. 


Makanan yang selanjutnya adalah Jalangkote’, mirip dengan di Makassar. Jalangkote’ kalau di jawa adalah pastel. Kalau yang satu ini pasti sudah banyak yang tau. Jajanan Pasar yang dibungkus dengan tepung terigu ini, dengan isian sayuran. Kalau di Majene, isian yang paling sering adalah taoge/kecambah dengan wortel atau bihun. Cara makannya yaitu dengan saos yang disiram ke dalam jalangkote’nya. 


Buroncong


Kemudian ada makanan yang bernama Buroncong. Kata teman penulis, buroncong adalah pukis mandar atau pukis majene. Kenapa demikian? Karena makanan tersebut berasal dari Majene. Buroncong terbuat dari tepung terigu dan parutan kelapa, yang dipanggang menggunakan cetakan seperti cetakan pukis. Untuk proses memasaknya menggunakan kayu bakar, sangat terasa khas nya. Makanan ini dujual hanya pagi hari, sangat cocok untuk sarapan. Makan sepotong kue ini bisa membuat cukup kenyang. Tekstur makananya karena dipanggang, kering di luar tapi kenyal di dalam. 

Roti Darling


Makanan selanjutnya adalah darling(dadar guling) ,lucu namanya. Ini mirip dengan roti bolu yang digulung. Rasa makanannya juga seperti kue bolu atau sponge cake. Roti yang berwarna orange ini di bagian atasnya ditaburi dengan gula pasir. Roti ini cocok disajikan untuk teman minum teh atau kopi. Karena kalau tidak disambi minum, lumayan susah ditelan. Heheh…

Kue Dadar
Di sebelah dadar guling, ada kue dadar, kalau di kota asal saya ini namany berdhopo. Adonan tepung beras yang dicetak seperti telur dadar kamudian di gulung, untuk isian di tengah nya menggunakan parutan kelapa dan gula merah yang dihaluskan. Yang membedakan dengan berdhopo di tempat saya, di sini adonan dadar lebih tebal, dan penyajiannya dibungkus dengan daun pisang.


Berlanjut ke jajanan malam, makanan nya standar, seperti pisang goreng dan ubi goreng. Selain itu ada pula pisang epe’. Yaitu pisang yang dibakar atau dipanggang lalu dijepit (epe’) makanya dinamakan pisang epe’ atau pisang yang dijepit. Cara makan pisang ini, setelah dibakar, lalu disiram dengan gula merah yang sudah dicairkan. Pisang yang digunakan adalah pisang kepok. Mungkin kalau diganti pisang lain juga boleh. Hehehe… makan pisang epe’ paling enak jika disajikan masih hangat.


Pisang Epe'



Untuk menemani makan pisang epe', pisang goreng atau singkong goreng, ada minuman khas yaitu Saraba’. Saraba’ adalah minuman tradisional dengan rempah-rempah, disampur dengan gula merah, santan dan susu kental manis. 

Saraba'
Minuman ini sangat cocok disajikan pada saat cuaca sedang dingin, karena rempah-rempah nya membuat badan terasa hangat apalagi disajikan ketika masih panas, makin terasa panas. Rasa saraba’ mirip dengan bandrek kalau di Bandung, tetapi karena menggunakan susu maka rasanya lebih manis. 



 Harga makanan kecil disini semua rata-rata sama, seribu rupiah sepotong. Hehehe...

Senin, 29 April 2013

Weekend Pertama Di Majene part-II



Pantai Dato Majene, Sulawesi Barat
Setelah mengumpulkan tenaga untuk membuang rasa malas menulis, akhirnya kesampaian juga nulis weekend pertama di majene part II. Di hari minggu itu, aku dan kawan ku berniat menuju pantai lain yang ada di kota ini. Namanya pantai dato. Aku mendapat info dari teman di kantor, bahwa Pantai Dato tidak jauh dari kantor. Untuk menghilangkan rasa penasaran, berangkatlah aku menuju pantai Dato.

Jernihnya Pantai Dato
Benar kata temanku, pantai dato tak jauh dari kantor. Hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari kantor, di balik sebuah bukit, di situlah pantai Dato berada. Perjalanan menuju pantai ini sedikit menanjak karena pantai terletak di balik bukit. Dari atas bukit kita dapat melihat luas nya hamparan selat Makassar. Sampai di pantai Dato, aku sedikit terkejut dengan pemandangan pantai yang mirip dengan pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai dengan karakter pasir putih, tanaman pandan pantai, dan tebing karang yang menjulang tinggi.

Di pantai ini ombak tidak besar, cocok untuk berenang atau snorkeling. Air nya pun jernih, sehingga terumbu karang dapat terlihat. Banyaknya tumbuhan membuat pantai ini teduh, sangat cocok untuk beristirahat berkumpul bersama keluarga atau teman-teman. Di sini juga banyak terdapat fauna pantai seperti keong, kepiting, bulu babi, dan semacam anemone laut. 

Tak cukup dengan melihat pantai, ada sebuah tangga yang menuju ke atas karang. Dari atas karang itu, dapat melihat pemandangan pantai dan juga laut. Menurut temanku, dari tempat itu bisa digunakan untuk hunting sunset maupun sunrise. Deburan ombak yang kecil tidak membuat suasana menjadi riuh, di pantai Dato ini suasana cukup sepi. Apalagi pada saat aku datang ke pantai ini tidak banyak orang yang datang ke pantai ini. Wah,,, rasanya seperti punya pantai pribadi… :daydreaming:

Perahu Nelayan
Di tepi pantai terdapat beberapa perahu kecil milik nelayan yang sedang berlabuh. Sebenarnya ingin pinjam, sekedar untuk bermain kano di pinggir laut mumpung tidak ada ombak yang besar. Sayang sekali di sini tidak ada pengelolanya. Padahal kalau ada persewaan kano nya, pasti tempat ini tidak kalah dengan pantai-pantai yang ada di pulau dewata.

Seandainya saja tidak hujan, ingin sekali aku menunggu sampai matahari tampak terbenam di sebelah barat. Hari sudah sore, ditambah gerimis, aku putuskan untuk pulang dan beristirahat di rumah. Huft… Weekend yang tidak ada rasanya, masih kurang, dan besok pagi sudah kembali dengan aktivitas kantor. Ingin segera weekend lagi dan berbagi cerita menarik lainnya tentang Majene.



Pong-pongan


Pantai Sebelahnya Pantai Dato

Pantai Dato


Tautan:

Senin, 22 April 2013

Weekend Pertama Di Majene. Part I



Pelabuhan Majene
Ini adalah hari ke enam ku setelah penempatanku sebagai Abdi Negara di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Walau sudah sepekan, aku masih merasa asing dengan tempat ini, jelas saja dari pagi hingga sore waktu ku habiskan dengan pekerjaan di kantor. Akhirnya Sabtu pun tiba, waktu libur dari pekerjaan kantor dan aku punya kesempatan untuk melihat sekeliling kota ini. 


Kabupaten ini dilalui oleh jalan poros lintas Sulawesi, yang menghubungkan antar kota dan antar propinsi di pulau Sulawesi. Dari jalan ini, sekitar 300 meter aku bisa melihat hamparan laut biru membentang. Sabtu pagi-pagi ketika matahari akan terbit, aku mengunjungi dermaga yang tak jauh dari tempat tinggal ku. Ternyata, di tempat ini sudah banyak warga yang memancing ikan di dermaga.
 
Para Pemancing di Pelabuhan Majene

Beberapa saat ku amati ternyata teknik memancing mereka sangat sederhana. Ada yang hanya menggunakan senar, dan ada juga yang menggunakan joran tapi tanpa menggunakan reel. Entah apa nama teknik memancing seperti itu, tapi itu diluar dugaanku dimana aku hanya mengetahui memancing dengan joran lengkap dengan reel nya. Nanti lah aku tanyakan mbah google teknik apa itu.



Selain warga yang memancing, di sini juga banyak kapal nelayan yang sedang berlabuh. Beberapa kapal sedang membongkar muatan hasil tangkapan ikan di laut. Tak jauh dari dermaga, ada tempat pelelangan ikan. Di tempat itulah pagi-pagi sekali para penjual ikan sudah menunggu nelayan. Mereka akan membeli hasil tangkapan ikan oleh nelayan untuk dijual kembali di pasar.

Tempat Pelelangan Ikan Majene

Hari mulai siang, aku kembali ke tempat kost untuk istirahat. Sore hari di pusat kota, dari informasi yang ku peroleh, setiap malam minggu terdapat pasar senggol atau pasar tiban. Aku tertarik untuk melihatnya. Aku terlalu rajin sampai-sampai para penjual nya pun sedang bersiap-siap menjajakan dagangannya. Tak lama kemudian suasana pun mulai ramai didatangi oleh warga sekitar. Layaknya pasar tiban di daerah lain, di tempat ini juga dijual beraneka ragam komoditi, mulai dari baju, perlengkapan rumah tangga, dan juga makanan. Sayang sekali aku tidak menemukan makanan khas dari daerah ini.


Perjalanan malam ku lanjutakan dengan menuju dermaga yang aku kunjungi tadi pagi. Di tepi pantai terdapat taman yang dapat digunakan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan laut. Banyak pemuda-pemudi yang datang ke tempat ini. Ada yang hanya berdua, ada pula yang rombongan. Maklum lah malam minggu, besok libur jadi banyak yang bermain.
Pasar Malam di Majene


Malam mulai larut, lelah jalan-jalan seharian aku pulang ke kost lagi untuk beristirahat. Simpan tenaga untuk jalan-jalan lagi esok hari.



Galery:
Kapal Nelayan yang sedang Berlabuh
Taman di Pinggir Pantai



Tautan: