Terjemahkan dalam bahasa asing

Minggu, 02 Desember 2012

Semalam di Pok Tunggal



Berawal dari kegalauan dan keinginan untuk camping, berangkatlah kami berempat menuju salah satu pantai di Gunung Kidul, Pok Tunggal 01122012.

Pantai Pok Tunggal

***Jogja, 14.00 WIB***

Siang terik matahari, turunlah gerimis yang tak lama kemudian disusul awan hitam yang menutupi langit Jogja siang itu. Meski awan hitam siap menumpahkan muatannya,beberapa wilayah di Jogja ternyata tidak hujan. Pukul 14.00 kami berangkat meninggalkan tempat paling nyaman di dunia, menuju alam bebas. 

Cuaca sangat bersahabat dengan kami, setelah melewati bukit pathuk di Jalan Jogja-Wonosari, Matahari tampak sedikit mengintip dari balik awan hitam yang tertiup angin. Kami terus melaju, hingga akhir nya kami sampai di tempat tujuan kami menginap.

Rute untuk menuju Pantai Pok Tunggal sama dengan menuju Pantai Krakal, Sundak ataupun Indrayanti. Dari jalan Jogja-Wonosari, sampai di ringroad Wonosari (ada bundaran bank BPD DIY) kemudian belok kanan (ringroad Ronosari) dan ikuti saja sampai Jalan Wonosari-Baron. Sebelum masuk area pantai Baron, Krakal, Kukup, ada pertigaan yang menuju daerah Tepus. Ikuti saja jalan tersebut sampai anda menemukan pertigaan papan petunjuk nama Pantai Siung, Wediombo dan Sadeng. Belok kanan dan sebuah papan nama yang terbuat dari kayu bertuliskan Pantai Pok Tunggal telah terpasang di tepi jalan.

Selain melewati daerah Tepus, Pantai ini juga dapat dicapai dengan mengikuti rute Pantai Kukup, Krakal, Sundak, Indrayanti. Pantai Pok Tunggal, berada di sebelah timur Pantai Indrayanti.

***Pok Tunggal, 17.30 WIB***

Setelah memarkir kendaraan, Pemuda yang berjaga sebagai petugas parkir memberitahu kami, tentang peraturan camping di Pantai Pok Tunggal. Kamipun bergegas mencari lokasi untuk mendirikan tenda.

Sore itu, tak hanya kami yang melakukan camping, sudah ada beberapa kelompok yang datang dan mendirikan tenda terlebih dahulu. Tak hanya wisatawan dari kota Jogja saja, bahkan dari luar kota pun jauh-jauh datang ke tepat ini untuk menikmati indah nya pantai ini.

Lokasi yang ku pilih adalah sebelah barat pantai, yang letaknya tak terlalu dekat dengan keramaian warung yang ada di sekitar pantai. Selain itu, tempat ini juga dekat dengan sumber mata air tawar yang digunakan masyarakat sekitar untuk mengambil air. 

Tenda telah berdiri, kamipun melepas lelah dengan istirahat dan ibadah.

Perjalanan panjang membuat anakonda yang ada di perut kami bernyanyi. Berjalanlah kami menuju salah satu warung makan di area pantai. 
Hanya dengan uang Rp9.000,00 saja, Nasi goreng hangat, telur mata sapi, dan setoples kerupuk panas yang baru saja digoreng siap menenangkan perut kami. Makan malam ditutup dengan secangkir teh panas menemani obrolan santai di pinggir pantai.

***Pok Tunggal, 20.00***

Rasa lelah sebenarnya membuatku ingin segera merebahkan badan dan tidur, namun sayang rasanya apabila malam itu disia-siakan dengan tidur cepat. Akhirnya kami berjalan-jalan menyusuri pantai, melihat tenda-tenda yang dibangun kelompok lain.

Memang malam hari, adalah waktu air laut pasang. Awalnya banyak dari mereka yang mendirikan tenda di tepi pantai dekat dengan laut, namun mereka harus memindah tendanya karena ombak yang makin lama kian ingin membasahi mereka. Untung kami sudah berpengalaman, sehingga mendirikan tenda tidak terlalu dekat dengan bibir pantai, sehingga tidak khawatir air laut yang pasang.

Kembali ke tenda, malam yang cerah tampak beberapa bintang menemani rembulan yang menyinari malam minggu kami di pantai. Berbekal senter yang kami bawa, kami menghabiskan awal malam dengan bermain kartu dan bersenda gurau.

Tengah malam, kami mengakhiri permainan dan segera beristirahat, Karena esok pagi kami berniat untuk melakukan jelajah pantai menuju Pantai Seruni.

***Pok Tunggal, 05.00***

Ketika ku buka mata, aku terkejut karena jam di ponselku menunjukkan pukul 5 pagi dan langit sudah terang.
#Yak, kami kesiangan. :-3 
Pantai Watu Lawang

Air laut sudah pasang dan kami tidak jadi menyusuri pantai menuju Pantai Seruni, Rute pun di alihkan menuju sebelah barat hingga Pantai Watu Lawang.

Pukul 8.00, kami kembali ke Pok Tunggal dan membeli sarapan untuk mengisi tenaga, kami akan melakukan tracking menuju Patai Seruni. 
Berbekal dengan pedoman bertanya kepada warga, kami memulai tracking. 

Informasi yang kurang jelas dari warga sempat membuat langkahku gontai. Sebuah petunjuk gardu siskamling (jawa:cakruk) yang dijadikan petunjuk awal tidak kunjung kami temui. Setelah bertanya kepada warga, kamipun melanjutkan perjalanan, melewati jalan setapak, naik turun perbukitan, dan akhir nya menemukan Pantai Seruni.

Pantai yang memiliki karakter yang sama dengan pantai lainnya di Gunung Kidul, dengan pasir putih, dan tebing karang. Pantai ini tidak terlalu luas, namun tanahnya yang cukup datar dan tidak ada satu pengunjung pun, membuat pantai ini terasa milik kami berempat. Namun naas, kedatangan kami disambut lolongan anjing-anjing yang tingal di dekat pantai ini. Beruntung pemilik anjing segera membawanya pergi.
Pantai Seruni
Dahulu kala, di sebelah timur Pantai Seruni terdapat Air Terjun Seruni. Namun kini, air terjun tersebut sudah dialihkan menjadi sumber air bagi warga sekitar. Berdasar cerita warga, mereka bergotongroyong membangun saluran air, untuk keperluan sehari-hari.

***Seruni, 09.00 WIB***
Mantan Air terjun Seruni

Puas menikmati pantai yang serasa milik pribadi, kami kembali melakukan tracking menuju pantai Pok Tunggal. Kali ini, kami mendapat jackpot, nyasar dua kali.

 Beruntung warga sekitar sangat ramah dan baik hati. Tidak hanya memberi tahu, mereka dengan ramah mengantarkan kami menuju jalan yang lurus dan benar.
Bahkan kami terpaksa menerobos ladang milik warga karena tersesat. Tak tahu harus minta maaf kepada siapa, tapi kami tidak sengaja menginjak tanaman yang telah di tanam di ladang tersebut. Kami minta maaf.

Akhirnya, jalan menuju Pantai Pok Tunggal kami temukan lagi.

*** Pok Tunggal, 11.00 WIB***

Kami selesei berkemas, tenda kami lipat dan sampah kami bersihkan. Rasa lelah setelah tracking membuatku ingin segera pulang dan beristirahat. Dengan rute yang sama sebelumnya, kami kembali menuju rumah masing-masing.

***Jogja, 14.00 WIB***
Sampai di Piyungan, Jalan Wonosari, kami disambut dengan hujan deras. Dan akhirnya sampai lagi di tempat paling nyaman, Rumah Orang Tua kami masing-masing.
Beberapa saran bagi anda yang akan mengunjungi pantai ini,
  • 1.    Sebaiknya anda datang pada pagi atau siang hari. Karena dari jalan menuju pantai, masih berupa jalan yang tidak rata dan berbatu. Apabila sudah gelap penerangan sangat kurang, bahkan mendekati pantai hampir tidak ada penerangan.
  • 2.    Pastikan Kendaraan anda dalam kondisi baik dan laik jalan. Karena jalanannya naik turun, berkelok dan beberapa bagian jalan yang tidak rata.
  • 3.    Bagi anda yang akan camping/berkemah, jangan membuat api unggun di pasir pantai karena dapat merusak kebersihan pantai. Jagalah kebersihan pantai, jangan membuang sampah sembarangan. Karena pantai ini masih bersih dan masyarakat sekitar menjaga kebersihan pantai ini.
  • 4.    Bagi anda yang akan menuju Pantai Seruni, sebaiknya tunda dulu keinginan anda. Karena jalan menuju pantai ini sedang dibuat. Jangan mengikuti cara yang kami lakukan, apalagi dengan menerobos ladang milik warga secara sembarangan. Selain dapat merusak tanaman, bagi anda yang beruntung, anjing milik warga siap mengejar anda. Maka berhati-hatilah. Sekali lagi penulis berpesan tunggu sampai jalan selesai dibuat.
  • 5.  Jagalah kebersihan, jangan merusak pemandangan dengan sampah ataupun coretan tulisan di mana saja. Berhati-hatilah di jalan raya, karena anda pergi untuk berwisata, bukan untuk menjalani perawatan di rumah sakit, dan ingat selalu keluarga menanti anda di rumah. 


 Galery Foto: 


Nge-Camp di Pantai Pok Tunggal
Sisi Lain Tebing Pantai
Sarapan Hemat di Tepi Pantai
Persewaan Payung untuk Berteduh