Terjemahkan dalam bahasa asing

Minggu, 02 Desember 2012

Semalam di Pok Tunggal



Berawal dari kegalauan dan keinginan untuk camping, berangkatlah kami berempat menuju salah satu pantai di Gunung Kidul, Pok Tunggal 01122012.

Pantai Pok Tunggal

***Jogja, 14.00 WIB***

Siang terik matahari, turunlah gerimis yang tak lama kemudian disusul awan hitam yang menutupi langit Jogja siang itu. Meski awan hitam siap menumpahkan muatannya,beberapa wilayah di Jogja ternyata tidak hujan. Pukul 14.00 kami berangkat meninggalkan tempat paling nyaman di dunia, menuju alam bebas. 

Cuaca sangat bersahabat dengan kami, setelah melewati bukit pathuk di Jalan Jogja-Wonosari, Matahari tampak sedikit mengintip dari balik awan hitam yang tertiup angin. Kami terus melaju, hingga akhir nya kami sampai di tempat tujuan kami menginap.

Rute untuk menuju Pantai Pok Tunggal sama dengan menuju Pantai Krakal, Sundak ataupun Indrayanti. Dari jalan Jogja-Wonosari, sampai di ringroad Wonosari (ada bundaran bank BPD DIY) kemudian belok kanan (ringroad Ronosari) dan ikuti saja sampai Jalan Wonosari-Baron. Sebelum masuk area pantai Baron, Krakal, Kukup, ada pertigaan yang menuju daerah Tepus. Ikuti saja jalan tersebut sampai anda menemukan pertigaan papan petunjuk nama Pantai Siung, Wediombo dan Sadeng. Belok kanan dan sebuah papan nama yang terbuat dari kayu bertuliskan Pantai Pok Tunggal telah terpasang di tepi jalan.

Selain melewati daerah Tepus, Pantai ini juga dapat dicapai dengan mengikuti rute Pantai Kukup, Krakal, Sundak, Indrayanti. Pantai Pok Tunggal, berada di sebelah timur Pantai Indrayanti.

***Pok Tunggal, 17.30 WIB***

Setelah memarkir kendaraan, Pemuda yang berjaga sebagai petugas parkir memberitahu kami, tentang peraturan camping di Pantai Pok Tunggal. Kamipun bergegas mencari lokasi untuk mendirikan tenda.

Sore itu, tak hanya kami yang melakukan camping, sudah ada beberapa kelompok yang datang dan mendirikan tenda terlebih dahulu. Tak hanya wisatawan dari kota Jogja saja, bahkan dari luar kota pun jauh-jauh datang ke tepat ini untuk menikmati indah nya pantai ini.

Lokasi yang ku pilih adalah sebelah barat pantai, yang letaknya tak terlalu dekat dengan keramaian warung yang ada di sekitar pantai. Selain itu, tempat ini juga dekat dengan sumber mata air tawar yang digunakan masyarakat sekitar untuk mengambil air. 

Tenda telah berdiri, kamipun melepas lelah dengan istirahat dan ibadah.

Perjalanan panjang membuat anakonda yang ada di perut kami bernyanyi. Berjalanlah kami menuju salah satu warung makan di area pantai. 
Hanya dengan uang Rp9.000,00 saja, Nasi goreng hangat, telur mata sapi, dan setoples kerupuk panas yang baru saja digoreng siap menenangkan perut kami. Makan malam ditutup dengan secangkir teh panas menemani obrolan santai di pinggir pantai.

***Pok Tunggal, 20.00***

Rasa lelah sebenarnya membuatku ingin segera merebahkan badan dan tidur, namun sayang rasanya apabila malam itu disia-siakan dengan tidur cepat. Akhirnya kami berjalan-jalan menyusuri pantai, melihat tenda-tenda yang dibangun kelompok lain.

Memang malam hari, adalah waktu air laut pasang. Awalnya banyak dari mereka yang mendirikan tenda di tepi pantai dekat dengan laut, namun mereka harus memindah tendanya karena ombak yang makin lama kian ingin membasahi mereka. Untung kami sudah berpengalaman, sehingga mendirikan tenda tidak terlalu dekat dengan bibir pantai, sehingga tidak khawatir air laut yang pasang.

Kembali ke tenda, malam yang cerah tampak beberapa bintang menemani rembulan yang menyinari malam minggu kami di pantai. Berbekal senter yang kami bawa, kami menghabiskan awal malam dengan bermain kartu dan bersenda gurau.

Tengah malam, kami mengakhiri permainan dan segera beristirahat, Karena esok pagi kami berniat untuk melakukan jelajah pantai menuju Pantai Seruni.

***Pok Tunggal, 05.00***

Ketika ku buka mata, aku terkejut karena jam di ponselku menunjukkan pukul 5 pagi dan langit sudah terang.
#Yak, kami kesiangan. :-3 
Pantai Watu Lawang

Air laut sudah pasang dan kami tidak jadi menyusuri pantai menuju Pantai Seruni, Rute pun di alihkan menuju sebelah barat hingga Pantai Watu Lawang.

Pukul 8.00, kami kembali ke Pok Tunggal dan membeli sarapan untuk mengisi tenaga, kami akan melakukan tracking menuju Patai Seruni. 
Berbekal dengan pedoman bertanya kepada warga, kami memulai tracking. 

Informasi yang kurang jelas dari warga sempat membuat langkahku gontai. Sebuah petunjuk gardu siskamling (jawa:cakruk) yang dijadikan petunjuk awal tidak kunjung kami temui. Setelah bertanya kepada warga, kamipun melanjutkan perjalanan, melewati jalan setapak, naik turun perbukitan, dan akhir nya menemukan Pantai Seruni.

Pantai yang memiliki karakter yang sama dengan pantai lainnya di Gunung Kidul, dengan pasir putih, dan tebing karang. Pantai ini tidak terlalu luas, namun tanahnya yang cukup datar dan tidak ada satu pengunjung pun, membuat pantai ini terasa milik kami berempat. Namun naas, kedatangan kami disambut lolongan anjing-anjing yang tingal di dekat pantai ini. Beruntung pemilik anjing segera membawanya pergi.
Pantai Seruni
Dahulu kala, di sebelah timur Pantai Seruni terdapat Air Terjun Seruni. Namun kini, air terjun tersebut sudah dialihkan menjadi sumber air bagi warga sekitar. Berdasar cerita warga, mereka bergotongroyong membangun saluran air, untuk keperluan sehari-hari.

***Seruni, 09.00 WIB***
Mantan Air terjun Seruni

Puas menikmati pantai yang serasa milik pribadi, kami kembali melakukan tracking menuju pantai Pok Tunggal. Kali ini, kami mendapat jackpot, nyasar dua kali.

 Beruntung warga sekitar sangat ramah dan baik hati. Tidak hanya memberi tahu, mereka dengan ramah mengantarkan kami menuju jalan yang lurus dan benar.
Bahkan kami terpaksa menerobos ladang milik warga karena tersesat. Tak tahu harus minta maaf kepada siapa, tapi kami tidak sengaja menginjak tanaman yang telah di tanam di ladang tersebut. Kami minta maaf.

Akhirnya, jalan menuju Pantai Pok Tunggal kami temukan lagi.

*** Pok Tunggal, 11.00 WIB***

Kami selesei berkemas, tenda kami lipat dan sampah kami bersihkan. Rasa lelah setelah tracking membuatku ingin segera pulang dan beristirahat. Dengan rute yang sama sebelumnya, kami kembali menuju rumah masing-masing.

***Jogja, 14.00 WIB***
Sampai di Piyungan, Jalan Wonosari, kami disambut dengan hujan deras. Dan akhirnya sampai lagi di tempat paling nyaman, Rumah Orang Tua kami masing-masing.
Beberapa saran bagi anda yang akan mengunjungi pantai ini,
  • 1.    Sebaiknya anda datang pada pagi atau siang hari. Karena dari jalan menuju pantai, masih berupa jalan yang tidak rata dan berbatu. Apabila sudah gelap penerangan sangat kurang, bahkan mendekati pantai hampir tidak ada penerangan.
  • 2.    Pastikan Kendaraan anda dalam kondisi baik dan laik jalan. Karena jalanannya naik turun, berkelok dan beberapa bagian jalan yang tidak rata.
  • 3.    Bagi anda yang akan camping/berkemah, jangan membuat api unggun di pasir pantai karena dapat merusak kebersihan pantai. Jagalah kebersihan pantai, jangan membuang sampah sembarangan. Karena pantai ini masih bersih dan masyarakat sekitar menjaga kebersihan pantai ini.
  • 4.    Bagi anda yang akan menuju Pantai Seruni, sebaiknya tunda dulu keinginan anda. Karena jalan menuju pantai ini sedang dibuat. Jangan mengikuti cara yang kami lakukan, apalagi dengan menerobos ladang milik warga secara sembarangan. Selain dapat merusak tanaman, bagi anda yang beruntung, anjing milik warga siap mengejar anda. Maka berhati-hatilah. Sekali lagi penulis berpesan tunggu sampai jalan selesai dibuat.
  • 5.  Jagalah kebersihan, jangan merusak pemandangan dengan sampah ataupun coretan tulisan di mana saja. Berhati-hatilah di jalan raya, karena anda pergi untuk berwisata, bukan untuk menjalani perawatan di rumah sakit, dan ingat selalu keluarga menanti anda di rumah. 


 Galery Foto: 


Nge-Camp di Pantai Pok Tunggal
Sisi Lain Tebing Pantai
Sarapan Hemat di Tepi Pantai
Persewaan Payung untuk Berteduh





Sabtu, 17 November 2012

Wisata Kuliner Kampung Pringwulung



Okey, kali ini penulis ingin sedikit mereview salah satu tempat makan baru yang ada di Jogja,(baru banget menurut penulis karena baru tau beberapa hari yang lalu dan baru kesampean tadi malem buat ngecek TKP), hehehe…

Sama seperti judul di atas, namanya Wisata Kuliner Kampung Pringwulung. Ini adalah suatu lokasi dimana terdapat area yang isi nya kuli-kuli, eh,,, salah,,, kuliner-kuliner maksud penulis. Serem amat sih isi nya kuli-kuli… (-__-)“ .
Dalam satu lokasi, ada beberapa penjual/warung makan. 

Lokasinya berada di daerah Jogja Utara, tepatnya di daerah Pringwulung, Utaranya Jalan Adi Sucipto (Jalan Solo, Museum Afandi), Selatannya Selokan Mataram.

Menurut penilis nih ya,,, Sekali lagi menurut penulis, bukan orang lain… #plaaak… 
Jadi penulis mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan, semoga bisa jadi kritik atau masukan yang membangun.

  • Untuk makanan yang ada disini, dari 1-10, nilai nya 6 lah.

Makanannya cukup bervariasi. Bisa pilih menu steak, sosis, bakar-bakaran, penyetan, makanan tradisonal, dll. Tapi dari segi rasa masih biasa-biasa saja. Penulis belum menemukan makanan yang menarik.

  • Untuk segi harga, dari 1-10, rate harga nya 5 lah

Kalo yang ini menurut penulis harga nya lumayan mahal, tidak cocok untuk kantong mahasiswa, (kecuali mahasiswa usahawan, sama mahasiswa anak orang kaya, hihihihi…) Mau gimana lagi, masa teh panas secangkir aja 7ribu. Mungkin kalo di Jakarta atau Kota lain harga segitu masih murah, tapi ini di Jogja, di beberapa resto lain aja berkisar 3-5ribu…
Trus kalo makanan, untuk harga segitu cukup mahal, karena kurang sebanding dari segi rasa.
  • Yang terakhir, dari segi tempat, dari 1-10, nilai nya 9,5
Yah, dari dua penilaian di atas tadi bakalan kalah sama yang satu ini. Tempat nya bener-bener bagus. Top markotop. Susah buat diungkapkan dengan kata-kata. Kalo penasaran dating aja sendiri ke tempat ini. (bukan promosi tempat lho…)
Apalagi kalo malem(recomended), suasana nya romantis banget… Ada Kolam juga di bagian tengah nya. Bahkan ada juga salah satu cafe yang mejanya ada di tengah kolam. (ga bakal tenggelam, soalnya ada pondasi nya. hehehe...). 
Bener-bener bersih dan nyaman untuk nongkrong atau jalan sama doi… Apalagi Lokasinya yang masih baru dan belum ramai pengunjung…
Tempat ini sangat cocok buat kalian yang lagi PDKT, mau nembak atau bahkan yang mau melamar pasangannya…
Sayang sekali pas penulis kesini ga bawa kamera… Jadi belum bisa share gambar nya…. Dateng kesini aja deh, pasti nggak bakal kecewa….

Oke, mungkin ini dulu review yang bisa penulis sampaikan, semoga bermanfaat.
Buat kalian yang pengen ke tempat ini, ada 2 rute yang bisa dipilih, soalnya lokasinya kurang strategis karena berada di tengah-tengah pemukiman warga. 
  • Ø  Yang Pertama Rute dari arah Perempatan Concat.
- Dari perempatan Concat ke selatan ke arah jembatan merah,
belok kiri (timur) arah STBA LIA, ikutin aja jalan itu sampe nemu selokan mataram.
- Nah, sampe di selokan akan nemu perempatan, lurus aja(ke selatan) masih ngikuti jalan yang terakhir. Ini udah masuk ke komplek perumahan, nggak tau juga deh ini perumahan apa, (pokoknya mirip perumahan lah).
- Terus aja ikutin jalan sampe nemu tikungan belok kiri (ke timur),
- Sebelum sampe jembatan persis, Taman Kuliner Pringwulung ada di Kanan Jalan (Utara jalan).

 Ã˜ Rute Kedua dari arah Jalan Adi Sucipto.
- Dari pertigaan UIN, Ke kanan (ke timur) arah Amplaz.
- Trus Sebelum Amplaz ada Pertigaan , belok kiri (ke utara) tepat nya jalan Nologaten.
- Ikutin aja jalan Nologaten lurus sampe sebelum selokan mataram ada pertigaan, ambil kiri (ke barat).
- Nah, kalo dari sini, Taman Kuliner Pringwuling setelah jembatan persis.

Selamat ber wisata kuliner.. .!!!
\(^o^)/

Sabtu, 27 Oktober 2012

Gunung Api Purba Nglanggeran



Si Merah parkir Di depan pintu masuk 
Gunung Merapi adalah gunung berapi aktif yang terletak di ujung utara Daerah Istimewa Yogyakarta yang dijadikan objek wisata. Objek wisata Kaliurang dan lava tour nya pasti sudah terkenal dimana-mana sebagai salah satu objek wisata Yogyakarta. 

Sebenarnya, tidak hanya Gunung Merapi gunung api yang ada di Yogyakarta. Salah satu objek wisata di sebelah barat laut kabupaten Gunung Kidul, terdapat Gunung Nglanggeran, dulu merupakan gunung api yang diprediksi merupakan gunung api pada zaman purba. Kini tempat tersebut terkenal dengan nama Gunung Api Purba Nglanggeran.

Karena sudah banyak artikel dan blog yang membahas mengenai profil gunung tersebut, penulis tidak akan membahas lagi tentang gunung tersebut. Penulis akan menceritakan tentang perjalanan mengunjungi gunung tersebut.

Wisata Minat Khusus Gunung Api Purba Nglanggeran
 Berbekal informasi yang kami peroleh dari webblog pengelola Gunung Nglanggeran, kami pun menuju lokasi tersebut. Bagi anda yang ingin mengunjungi nya, terutama dari arah kota Yogyakarta, jalan menuju Gunung Nglanggeran sangat mudah ditemukan. Dari Jalan Wonosari, kemudian naik ke Bukit Pathuk, anda akan sampai di perempatan pathuk (pos Polisi Pathuk dan Radio GCD FM) kemudian belok kiri. Ikuti saja jalan tersebut kurang lebih 7 Km. Jalanan yang dilalui memang sempit akan tetapi cukup halus. 

Di tengah perjalanan, Anda akan menjumpai tower-tower relay dari stasiun televisi yang berjajar di kawasan tersebut. Dari daerah tersebut Gunung Nglanggeran sudah tampak di sebelah timur gugusan tower relay stasiun televisi.
Setelah melewati kawasan tower, ada perempatan jalan. Di perempatan tersebut sudah ada papan penunjuk arah menuju Gunung Nglanggeran. Dari perempatan tersebut belok kanan, ikuti saja jalan itu karena tidak jauh dari situ, pintu masuk Jalur pendakian ada di sebelah kiri jalan. 

Tiket masuk ke Gunung Nglanggeran sangat murah. Hanya dengan Rp3.000,00/orang, anda dapat menikmati indahnya pemandangan dari atas gunung.

Peta Jalur Pendakian Gunung Api purba Nglanggeran
Panasnya terik matahari tak menghalangi langkah kami untuk mendaki gunung ini. Ini memang kali pertama kami mendaki gunung, setelah sekian lama berkeinginan mendaki gunung. Tanpa banyak persiapan kami pun mulai mendaki. Di titik pertama yang wajib diperhatikan adalah peta lokasi, dan tatatertib yang harus dipatuhi pengunjung. Membaca peta lokasi cukup penting, supaya tidak tersesat saat melakukan perjalanan.

Perjalanan menaiki gunung terasa mudah karena pihak pengelola sudah membuat jalur yang mudah dilalui, ada yang menggunakan bantuan tali, dan ada juga tangga yang dibuat dengan menggunakan batang pohon dan batu yang telah disusun agar pendakian tidak susah. Beberapa titik dapat digunakan untuk mendirikan tenda (camping ground) dan juga ada beberapa gardu/pos untuk beristirahat.

Tidak butuh waktu lama untuk mencapai puncak, sesampainya anda dapat melempar pandangan sejauh-jauhnya. Hamparan sawah dan pepohonan hijau sangat indah, ada juga gugusan gunung yang berada di sekitar nya. Salah satu nya gunung yang berbentuk 5 jari.
Tepat pukul 12, matahari bersinar terik di atas kepala ketika kami mencapai puncak Gunung Gede Nglanggeran. Pukul 1 siang, kami pun memutus kan untuk turun gunung. Sepanjang perjalanan turun, awan mendung justru menutupi teriknya sinar matahari, untung saja tidak sampai hujan. Pukul 2 sampai lagi di parkiran, rasanya ingin sekali mengunjungi gunung itu lagi, tapi tidak di siang bolong. 


Tengah Siang Bolong Di Puncak Gunung Gede Nglanggeran

Akhir kata, sedikit saran bagi anda yang akan pergi ke Gunung Nglanggeran. Untuk anda yang belum pernah naik gunung dan ingin merasakan naik gunung, mendaki gunung ini patut dicoba. Tidak perlu membawa banyak bekal karena perjalanan naik kurang lebih hanya 1,5 jam saja sudah sampai di puncak. Meskipun anda tidak bermalam / camping, sebaiknya membawa lotion anti nyamuk. Maklum, namanya juga outbond, nyamuknya jarang minum darah segar. Hehehe… Dan terakhir, pesan penulis yang selalu penulis sampaikan adalah jagalah kebersihan, bawalah sampah anda dan buanglah sampah pada tempat sampah. Jangan buang sampah sembarangan yang dapat merusak lingkungan. Jangan pula mengotori tempat-tempat yang ada dengan tulisan-tulisan baik dengan tipe-x, pilox, cat, atau apapun itu. Sungguh sangat tidak enak dilihat dan merusak pemandangan.

galeri foto gunung Nglanggeran
Lokasi Camp 1
Lokasi Camp 2
Pemandangan Dari Atas Gunung Nglanggeran



Gunung 5 Jari

Gunung 5 jari yang di redraw sama penulis

Sekian, Selamat Berlibur…
:-)


Site References:
- http://kalisongku.wordpress.com/

- http://gunungapipurba.com/

Rabu, 26 September 2012

Gethek Sri Gethuk



Hari minggu memang hari yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga, kerabat, atau teman.  Setelah berbulan-bulan penulis libur menulis, kali ini penulis kembali dengan  tulisan tentang liburan di Gunung Kidul. Minggu 2 September 2012, perjalanan dimulai menuju jalan Jogja-Wonosari. Sepanjang jalan tampak lalu lintas yang cukup ramai dengan kendaaran yang lalu-lalang.

Penunjuk Jalan Di Jalan Jogja-Wonosari
Untuk menuju lokasi air terjun Sri Gethuk, dari pertigaan Playen terdapat tanda penunjuk jalan. 
Meski belum mengetahui lokasinya, cukup mengikuti tanda penunjuk jalan, maka anda akan sampai ke tujuan.
Setelah melewati jalan raya Jogja-Wonosari, kemudian belok kanan ke arah playen. 
Ikuti saja jalan tersebut hingga anda sampai di pasar dan pertigaan, belok kanan, kemudian jalan akan menikung ke kiri. 

Penunjuk Jalan ke Lokasi 1


Tidak jauh dari tikungan tersebut anda akan menemui pertigaan kecil, di sini juga terdapat penunjuk arah. Dari pertigaan ini kemudian belok ke kanan, tertulis 7 Km di penunjuk jalan, tetapi penulis mengamati jarak yang ada di speedometer motor ternyata 9 Km. hehehe…
 


Ikuti saja jalan tersebut hingga anda menemukan tanda penunjuk jalan lagi. 

Penunjuk Jalan ke Lokasi 2




Selama perjalanan, jalan yang di lalui tidak semua jalanan beraspal halus, ada beberapa bagian jalan yang aspal nya rusak, dan juga ada jalan yang masih berupa batu-batuan,(off road) 

Jalan Berbatu






pada waktu penulis kesana , kira-kira jalan berbatu-batu tersebut kurang lebih 2 Km. 

Setelah melewati pos retribusi (TPR) jalan yang akan dilalui adalah jalan berpasir. Pasir disini adalah berupa tanah kapur, jadi sangat berdebu apabila musim kemarau.






Harga tiket masuk ke objek wisata sangat murah, cukup membayar Rp 5.000,00 per orang, anda dapat mengunjungi objek wisata Gua Rancang dan Air terjun Sri Gethuk. Oiya, tarif parkir di sini sudah termasuk dalam tiket masuk, alias parkir gratis lhoo.. hehehehe…
Tiket Masuk , Karcis Parkir dan Tiket Perahu Sri Gethuk


Dari parkiran, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pinggir sungai, ada dua alternatif untuk menuju lokasi air terjun. Yang pertama dengan berjalan menyusuri pinggir sungai, atau dengan menaiki perahu. Buat yang ingin sehat, berjalan mungkin jadi pilihan yang tepat, karena perjalanan menyusuri tepi sungai tidak seperti berjalan di trotoar yang rata, anda harus berjalan naik turun di bawah bukit kapur, cukup menguras tenaga. Hehehe…


Gethek Sri Gethuk

Tetapi bagi anda yang tidak ingin capek, bisa dengan menggunakan perahu. Cukup dengan membayar Rp 10.000,00 per orang, anda akan di antar-jemput menuju lokasi air terjun, atau bagi anda yang ingin sekali jalan dengan membayar Rp 5.000,00 per orang pada waktu meninggalkan air terjun.







Yang unik dari perahu ini adalah perahu yang digunakan tidak berbentuk perahu atau kapal pada umumnya, perahu ini terbuat dari drum-drum yang disusun kemudian bagian atasnya dipasang kayu agar dapat dinaiki. Dalam bahasa jawa, perahu ini mirip sekali dengan “gethek” akan tetapi “gethek” tidak terbuat dari batang pisang atau bambu, melainkan dari rangkaian drum. Sebagai penggerak perahu ini, digunakan motor tempel seperti perahu nelayan. Perahu yang cukup unik. Selama di atas perahau anda akan menyaksikan pemandangan yang tak kalah menarik dibandingkan green canyon, anda akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah, dan sayang untuk dilewatkan.

Di lokasi air terjun ini, pengunjung tidak hanya menyaksikan air yang mengalir saja. Terdapat persewaan pelampung bagi anda yang ingin mandi atau berenang di sungai. Jangan berpikiran air sungai di sini kotor dan keruh, air nya masih bersih, tidak tercemar limbah pabrik maupun rumah tangga, bahkan masih banyak ikan gabus yang dapat kita lihat.
 
Nasi Hangat Dengan Tempe Penyet dengan teh panas ,maknyuuss


Bagi anda yang tidak membawa makanan, di tempat ini banyak penjual makanan, harganya pun murah. Menu khas dari tempat ini adalah nasi tiwul. Anda dapat menikmati dengan lauk ikan goreng, ikan bakar,tempe penyet, telur, mi rebus, mi goreng,dll.
Senja telah tiba, saatnya pulang ke rumah.





Dalam perjalanan ini, ada beberapa pesan yang ingin penulis sampaikan
  1. Apabila anda ingin datang ke tempat ini, pastikan kendaraan anda dalam keadaan layak jalan. Karena jalan yang dilalui cukup melelahkan dan permukaan jalan tidak semua rata. Anda harus berhati-hati jangan sampai tergelincir di jalan berbatu, dan juga perhatikan kondisi ban kendaraan anda, karena susah menemukan tempat tambal ban.
  2. Sangat penting membawa masker. Karena kurang lebih 2 hingga 3 Km mendekati lokasi wisata, jalanan sangat berdebu.
  3. Bagi anda yang membawa makanan, jangan membuang sampah sembarangan, karena lokasi masih alami, jangan sampai sisa makanan atau sampah yang kita tinggalkan merusak lingkungan. Kalau bukan kesadaran dari kita sendiri, siapa lagi yang mau menjaga nya?
  4. Tempat wisata adalah tempat umum, dinikmati oleh banyak orang, maka hargailah pengunjung lain.


Itulah beberapa pesan yang penulis sampaikan, semoga bermanfaat.

Selamat Berlibur…






Galeri Foto




Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta

Antrian Gethek pada saat Liburan

Pemandangan dari Utara Air Terjun Sri Gethuk

Berenang di bawah Air Terjun Sri Gethuk 1



Berenang di bawah Air Terjun Sri Gethuk 2