Terjemahkan dalam bahasa asing

Minggu, 05 Mei 2013

Weekend Pertama Di Majene Part-III



Jalan-jalan kurang lengkap rasanya kalau tidak dilanjutkan dengan wisata kuliner mencicipi makanan khas suatu daerah. Nah, Weekend Pertama di Majene part III ini penulis sedikit berbagi cerita tentang makanan khas di sini. Walaupun penulis tidak ahli kuliner seperti pak Bondan atau Chef Juna, penulis akan mencoba memberikan pendapat. Hehehe…




Roti Pawa
Mulai dari makanan kecil atau jajanan pasar. Makanan yang pertama kali penulis icipi adalah roti pawa. Bentuk nya sih mirip burger, tapi isinya bukan daging tetapi adonan gula merah ( Gula Jawa ). Untuk bahan roti nya mirip dengan bakpao atau donat, karena rasa dan tekstur rotinya memang sepintas mirip dengan bakpao. Untuk isianya adalah adonan gula merah yang dicampur dengan tepung, kalau tidak salah tepung honkue, sehingga tekstur nya seperti fla. 


Makanan yang selanjutnya adalah Jalangkote’, mirip dengan di Makassar. Jalangkote’ kalau di jawa adalah pastel. Kalau yang satu ini pasti sudah banyak yang tau. Jajanan Pasar yang dibungkus dengan tepung terigu ini, dengan isian sayuran. Kalau di Majene, isian yang paling sering adalah taoge/kecambah dengan wortel atau bihun. Cara makannya yaitu dengan saos yang disiram ke dalam jalangkote’nya. 


Buroncong


Kemudian ada makanan yang bernama Buroncong. Kata teman penulis, buroncong adalah pukis mandar atau pukis majene. Kenapa demikian? Karena makanan tersebut berasal dari Majene. Buroncong terbuat dari tepung terigu dan parutan kelapa, yang dipanggang menggunakan cetakan seperti cetakan pukis. Untuk proses memasaknya menggunakan kayu bakar, sangat terasa khas nya. Makanan ini dujual hanya pagi hari, sangat cocok untuk sarapan. Makan sepotong kue ini bisa membuat cukup kenyang. Tekstur makananya karena dipanggang, kering di luar tapi kenyal di dalam. 

Roti Darling


Makanan selanjutnya adalah darling(dadar guling) ,lucu namanya. Ini mirip dengan roti bolu yang digulung. Rasa makanannya juga seperti kue bolu atau sponge cake. Roti yang berwarna orange ini di bagian atasnya ditaburi dengan gula pasir. Roti ini cocok disajikan untuk teman minum teh atau kopi. Karena kalau tidak disambi minum, lumayan susah ditelan. Heheh…

Kue Dadar
Di sebelah dadar guling, ada kue dadar, kalau di kota asal saya ini namany berdhopo. Adonan tepung beras yang dicetak seperti telur dadar kamudian di gulung, untuk isian di tengah nya menggunakan parutan kelapa dan gula merah yang dihaluskan. Yang membedakan dengan berdhopo di tempat saya, di sini adonan dadar lebih tebal, dan penyajiannya dibungkus dengan daun pisang.


Berlanjut ke jajanan malam, makanan nya standar, seperti pisang goreng dan ubi goreng. Selain itu ada pula pisang epe’. Yaitu pisang yang dibakar atau dipanggang lalu dijepit (epe’) makanya dinamakan pisang epe’ atau pisang yang dijepit. Cara makan pisang ini, setelah dibakar, lalu disiram dengan gula merah yang sudah dicairkan. Pisang yang digunakan adalah pisang kepok. Mungkin kalau diganti pisang lain juga boleh. Hehehe… makan pisang epe’ paling enak jika disajikan masih hangat.


Pisang Epe'



Untuk menemani makan pisang epe', pisang goreng atau singkong goreng, ada minuman khas yaitu Saraba’. Saraba’ adalah minuman tradisional dengan rempah-rempah, disampur dengan gula merah, santan dan susu kental manis. 

Saraba'
Minuman ini sangat cocok disajikan pada saat cuaca sedang dingin, karena rempah-rempah nya membuat badan terasa hangat apalagi disajikan ketika masih panas, makin terasa panas. Rasa saraba’ mirip dengan bandrek kalau di Bandung, tetapi karena menggunakan susu maka rasanya lebih manis. 



 Harga makanan kecil disini semua rata-rata sama, seribu rupiah sepotong. Hehehe...