Terjemahkan dalam bahasa asing

Selasa, 05 Juli 2011

3S goes to Tidung

Perjalanan ke Pulau Tidung diawali dengan mempersiapkan bekal yang akan kami gunakan di pulau tersebut. Pukul 4.30 kami berkumpul untuk melakukan ibadah subuh berjamaah. Tepat pukul 5.00 bus kota sudah menanti untuk berangkat. Anggota kami telah lengkap, perjalanan menuju dermaga Muara Angke pun dimulai. Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Bintaro menuju dermaga Muara Angke. Setibanya di dermaga kami disambut oleh baunya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Sungguh bau yang luar biasa tidak sedap bagi kami apalagi kondisi laut yang sedang pasang mengakibatkan beberapa lokasi tergenang air. Turun dari bus, beberapa teman tampak tidak sanggup lagi menahan bau ikan, sampah dan laut yang sangat tidak enak dan mereka pun mendapat “jackpot”.

Segera setelah turun dari bus kami bergegas menuju dermaga dan naik ke kapal. Kapal Peri tujuan Muara Angke – P.Tidung. Kapal tersebut sudah ramai terisi penumpang baik yang akan melakukan wisata maupun penduduk Tidung yang akan kembali ke Tidung. Tak lama setelah kami duduk, suara mesin kapal pun mulai terdengar, kamipun berangkat menuju pulau Tidung. Ternyata tarif untuk naik kapal tak semurah yang saya bayangkan. Berisi kurang lebih 180 penumpang, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp33.000,00 /orang. Kondisi kapal kayu yang tidak memiliki kursi untuk duduk ini, justru membuat penumpang lebih leluasa untuk duduk atau tidur berbaring.

Pagi itu laut tampak bersahabat, matahari pagi cerah menemani dalam perjalanan. Tidak ada ombak besar yang membuat kami terombang-ambing selama perjalanan. Perjalananpun laut pun kami lalui selama kurang lebih 2 jam. Pukul 9.00 kami tiba di dermaga pulau Tidung, lebih cepat 1 jam dari perkiraan. Pantai pasir putih dan laut yang jernih menyambut kedatangan kami. Di sekitar pulau ini air laut terlihat cukup bersih karena tidak banyak sampah laut yang berserakan. Ikan yang berenang di pinggir pantai pun dapat terlihat dengan jelas.




Dari dermaga, kami berjalan menuju penginapan yang telah disewa. Rasa lelah yang kami rasakan di perjalanan, seolah terobati dengan pohon belimbing yang sedang berbuah. Buah yang besar, segar dan manis rasanya.
Sore menjelang, beberapa diantara kami ada yang bermain air di pantai, dan ada juga yang berjalan-jalan mengelilingi pantai. Hingga petang tiba, kami melanjutkan acara dengan membuat api unggun di tepi pantai. Ikan Bakar dengan sambal kecap extra pedas pun menambah serunya malam pertama di pinggir pantai. Malam api unggun pun ditutup dengan menyalakan kembang api. Air laut mulai pasang, kayu bakar pun sudah habis, kami kembali ke penginapan. 
Malam menjemput, dan semua terlelap setelah melakukan perjalanan jauh melelahkan namun sungguh mengasikkan. Pagi hari pukul 4.00 kami bangun untuk melakukan persiapan snorkeling. Peralatan snorkeling sudah tersedia di depan penginapan. Jaket pelampung, kacamata selam, snorkel, dan sepatu katak. Kami pun bergegas menuju dermaga untuk naik perahu kecil karena lokasi snorkeling tidak berada di pulau ini. Dari 33 orang yang ada, hanya 28 orang yang berangkat snorkeling. Kami dibagi menjadi 2 kelompok, 20 orang menggunakan kapal berukuran sedang dan 8 orang menggunakan kapal berukuran kecil. Berbeda dengan perjalanan laut kami sebelumnya, perjalalan laut kali ini sungguh menantang adrenalin. Ombak yang besar menghadang kapal kecil. Di awal perjalalan, kami sudah basah kuyup karena terjangan ombak. Perjalanan kurang lebih 2 jam kami habiskan dengan menerjang ombak. Nahkoda kapal hanya tersenyum ketika melihat kami berteriak menghadapi ombak, mungkin karena beliau sudah terbiasa menghadapi ombak seperti itu dan mampu meyankinkan bahwa perjalanan kami aman.

Akhirnya kami sampai di Pulau Air, lokasi pertama snorkeling kami. Beberapa di antara kami tidak dapat berenang, dan acara snorkeling ini merupakan pengalaman pertama. Tak jarang kami menelan air laut yang rasanya asin, karena harus membiasakan bernafas dengan mulut. Sungguh sangat indah pemandangan dasar laut dengan terumbu karang dan ikan yang berwarna-warni. Seolah-olah kami terbang dan melihat dunia lain di bawah sana. Namun ketika kami kembali ke kapal, tanpa sadar tangan dan kaki terasa perih bahkan berdarah karena memegang terumbu karang, selain itu beberapa di antara kami merasakan sengatan ubur-ubur.

Berpindah ke lokasi kedua yang berada di Pulau Karang Beras, di tempat ini air laut lebih berarus, tak jarang kami terseret arus ketika berenang. Pemandangan dasar laut di lokasi ini berbeda dengan lokasi sebelumnya, tidak banyak ikan warna-warni hanya beberapa bintang laut dan juga ubur-ubur yang membuat kami was-was terkena sengat nya. Seusai snorkeling di tempat ini, kami memutuskan untuk pulang ke penginapan karena beberapa di antara kami mengalami mabuk laut. Perjalanan pulang pun terasa lebih lama ombak yang sebelumya menerjang dari depan kami, berganti menerjang dari sisi kiri kapal, namun perjalanan pulang tidak begitu basah karena matahari sudah tinggi dan panasnya membakar kulit. Kami pun beristirahat setelah sampai di penginapan.

Sore harinya kami melanjutkan wisata dengan menggunakan sepeda untuk mengelilingi pulau dan berjalan menyebrangi jembatan untuk menuju ke pulau Tidung Kecil. Dari atas jembatan kami menyaksikan air laut yang jernih dengan terumbu karang yang berada di dasarnya. Di sisi lain juga terdapat permainan banana boat dan kanoe. Ada hal yang kurang dari perjalanan ini, karena langit yang berawan kami tidak dapat menyaksikan matahari terbit maupun matahari terbenam. Malam kedua kami habiskan dengan acara sharing , makan ikan bakar dan minum es kelapa muda di pinggir pantai. 

Malam berganti pagi dan kami pun bersiap untuk kembali ke Jakarta. Setelah sarapan pagi dan berkemas, kami meninggalkan penginapan menuju dermaga untuk naik kapal. Pukul 7.00 pagi kapal telah terisi penuh sehingga harus diberangkatkan, meskipun jadwal yang seharusnya adalah pukul 7.30. Kamipun harus menunggu kapal ke 2, yang berangkat pukul 10 pagi. Pengelola pulau tidak mau memaksakan jumlah penumpang yang melebihi muatan kapal agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, sehingga kapal pertama diberangkatkan setengah jam lebih awal. Dan akhirnya pukul 10.30 kapal yang kami naiki berangkat menuju dermaga Muara Angke. Perjalanan pulangpun tidak selancar ketika berangkat. Kapal yang kami tumpangi terombang-ambing karena ombak sudah tinggi. Dan pukul 1 siang akhirnya kami tiba di dermaga. Terik matahari yang sangat panas menemani perjalanan kami selama 2 jam di dalam bus. Pukul 3 sore akhirnya kami sampai di Bintaro, dan kembali ke rumah masing-masing.

Perjalanan yang sungguh menyenangkan.