Pagi itu ku buka mata menatap
mentari yang terasa hangat menyinari kulitku yang masih biru karena dinginnya
pagi.
Mataku terarah pada lampu terbesar
yang menerangi dunia ini. Ingin ku menggapainya, walau mataku terasa sayub tuk
menatapnya. Juga, kaki ini tak kuasa beranjak dari pangkuannya.
Perlahan namun pasti, aku belajar berjalan
dan turun dari pangkuannya,
seperti apa yang tlah beliau ajarkan.
Aku belajar tumbuh.
Ku mulai berjalan dengan kedua
kaki ku. Meski tertatih, dengan senang hati mereka memapah ku.
Raut wajah mereka yang tampak
bahagia melihatku mampu berjalan, dapat ku rasakan.
Pukul 7 pagi, sarapan telah
tersedia di meja makan, sepiring bubur dengan telur rebus diatasnya. Sarapan
pagi itu membuatku bertenaga untuk menjalani aktivitas sekolah pertamaku, taman
kanak-kanak.
Di tempat itu aku belajar dunia
baru, bermain dan belajar.
Aku belajar tumbuh.
Dari seragam kotak-kotak dengan
dasi kupu-kupu, kemudian berseragam putih merah, lalu aku mengenakan seragam
putih biru.
Hari beranjak siang. Panasnya
terik matahari membuatku silau melihat semakin terang sinarnya.
Aku tak henti belajar, semakin
hari semakin tebal buku yang harus ku pelajari di sekolah, dengan ukuran tulisan yang semakin kecil,
semakin membuatku berat untuk membuka dan mempelajari isi halamannya.
Teringat masa kecilku aku belajar
dengan buku bergambar yang tak banyak hurufnya, dan berwarna-warni.
Sesaat ku tutup buku itu, dan kulihat dunia
di sekelilingku, aku tahu
gambar-gambar yang ada di buku masa kecilku kini berada di luar buku, berada di dunia nyata.
Kucoba memahami apa yang ada di
dunia ini.
Aku belajar tumbuh.
Tak
terasa, telah banyak waktu yang ku habiskan untuk belajar di bangku
sekolah.
Hingga
tiba waktunya mereka mendampingiku merayakan kelulusan di perguruan tinggi,
wisuda.
Sinar
mentari mulai menguning, hari telah senja.
Aku
masih belajar tumbuh.
Kini
aku mulai belajar membangun kehidupan yang baru.
Aku
masih ingat ketika mereka menyiapkan sarapan pagi untuku, mengajarkan segalanya
menghadapi kehidupan.
Kini
giliranku mengajarkan pada generasi selanjutku.
Terimakasih
ku ucapkan untuk mereka yang telah mengajarkan ku tumbuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar