Terjemahkan dalam bahasa asing

Minggu, 22 Mei 2011

pelajaran ibadah untuk seorang balita

setiap jumat, saya pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat jumat.
Tinggal di sebuah pemukiman yang padat penduduk, terutama penduduk muslim, menyebabkan beberapa masjid yang ada di sekitar tempat tinggal saya sangat penuh bahkan banyak orang harus beribadah di halaman masjid sampai di jalan sekitar masjid.

11.40 WIB, saya selalu bersiap untuk berangkat agar kebagian tempat, meski di serambi masjid (yang penting tidak di pinggir jalan, pouanass bob...). Kenapa saya memilih serambi masjid, karena selain tempatnya nyaman, banyak angin yang berhembus sepoi-sepoi sehingga tidak panas. Lumayan bisa buat beristirahat sambil mendengarkan khutbah. Tak jarang saya juga ketiduran karna merasa kelelahan.

Setiap jumat itu pula, saya bertemu dengan seorang bapak paruh baya yang membawa serta anaknya untuk mengikuti sholat jumat. Anak yang diajaknya kira-kira masih berumur 3-4 tahun, masih polos dan lugu. Suatu ketika saya duduk di sebelah bapak itu. Saya mendengar anak kecil itu bertanya kepada ayahnya, "bapak, ini dimana?" mungkin anak kecil itu merasa takut atau khawatir, karena di masjid banyak orang yang berkumpul dan duduk diam mendengarkan khutbah, selain itu mungkin juga karena mendengar suara khutbah yang menggunakan pengeras suara, sehingga anak kecil itu merasa takut. Lalu dengan sabar sang ayah menjelaskan, "kita berada di masjid, jangan ribut, duduk yang tenang dan dengarkan saja bapak yang sedang berceramah, dan nanti jika sudah waktunya sholat ikuti dulu gerakannya". Begitulah kurang lebih percakapan yang dilakukan oleh bapak dan anak itu.


Dalam hati saya tersenyum melihat tingkah laku anak kecil itu. Saya juga pernah merasakan hal yang sama, merasa bingung dan khawatir dengan keramaian ketika masih seusianya, dan saya salut kepada anak itu sangat nurut dengan ayahnya dan tidak menangis karena takut.

Selama khutbah berlangsung, anak itu merasa bosan wajar saja khutbahnya kadang berlangsung hingga lebih dari  40 menit, dan setiap kali merengek pada ayahnya, ayahnya hanya mengangkat jarinya di bibir (ssst) lalu anak itupun akan diam.

Kejadian menarik bagi saya selain melihat tingkah laku anak kecil itu yang lucu, adalah ketika bosan mendengar khutbah maka ia akan merebahkan badannya (tiduran) dan saat itulah anak itu tertidur. Tak jarang pula anak itu tertidur di pangkuan ayahnya. Keudian sang ayah merebahkannya di sampingnya ketika akan sholat.

Seusai sholat, bapak itu lalu membangunkan anaknya. Dan anak kecilpun mulai bingung karena pada saat terbangun, ia tidak berada di rumah dan kembali melihat keramaian orang yang baru saja selesai melaksanakan ibadah jumat. Dari raut muka si anak kecil itu tampaknya ia telah lupa apa yang terjadi sebelum ia tertidur.

Sebuah pelajaran penting yang dapat saya ambil dari pengalaman memperhatikan kejadian tersebut adalah ajarkanlah anak kita untuk beribadah semenjak ia masih kecil, agar ibadah menjadi suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam hidupnya. Ajarkan dengan sabar dan perlahan-lahan agar anak tidak merasa tertekan, karena mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Hingga suatu saat nanti sampai anak itu telah menginjak masa dewasanya, kita tak perlu memaksa dengan kekerasan agar anak mau beribadah karena semenjak masih kecil kita sudah membiasakannya untuk beribadah.